Sekolah Islam Athirah ANGGUN-UNGGUL -CERDAS

Senin, 10 Juni 2013

Album Kegiatan Isra Mi'raj dan Khataman Surah Sekolah Islam Athirah Kajaolaliddo

Simaan Al-Qur'an Menyambut Tamu
MC Dengan Tiga Bahasa (Arab, Inggris dan Indonesia)

Khataman Unit TK

Penyerahan Piala Terbaik Tahfidz Unit TK

Khataman Unit SD

Khataman Unit SD

Terbaik Tahfidz SD Bersama Bapak Direktur SIA

Ust Cilik (Ust Dede) Unit TK

Persembahan Nasyid IBU Oleh Unit SMP

Khataman Unit SMP

Puisi Kolosal Unit SMP

Khataman Unit SMP

Pemenang Terbaik Tahfidz Unit SMP

Khataman BMJ

Tim Tahfidz, Wali Kelas dan Kepala Sekolah

Tim Tahfidz Bersama BMJ dan FKK

Selasa, 16 April 2013

Menikmati Dunia dengan Zuhud



Bayangan dunia dan akhirat pasti ada di hati setiap hamba, persis seperti dua sisi timbangan,
apabila salah satu dari keduanya lebih berat maka sisi yang lainnya akan terangkat

Saudaraku, dalam menjalankan misi kotornya mengelabui dan memperdaya manusia, nafsu dan syetan sering menggunakan “kedok” kesenangan dunia. Harapannya adalah agar manusia jadi terlena dalam buaian dan belaian dunia uthopis yang sesungguhnya hanya menjanjikan kenikmatan fatamorgana belaka, manusia dibuat lupa bahwa hidup di dunia hanyalah sementara, mereka lupa bahwa sesudah di dunia ini ada “dunia” lain, itulah dunia akhirat, tempat dimana manusia harus mempertanggung-jawabkan semua yang ia perbuat selama hidup di dunia ini.
Begitulah, dunia yang sesungguhnya tidak ada nilai dan harganya ini betul-betul telah diselimuti oleh syetan dan nafsu dengan selimut indah, berhiaskan pernik-pernik keindahan, sehingga tiadalah seorang manusia memandang dunia hanya sebatas selimutnya saja, kecuali di sana ia akan menemukan keindahan magnetik yang mempesonakan, yang membuatnya tak mampu, atau tepatnya tak mau, bergeming walau satu incipun dari aura keindahan (nisbi-pen) yang dipendarkan oleh selimut dunia. Saat itulah dunia akan menelikungnya dan menjebloskannya ke dalam belenggu ketergantungan kepada nafsu syahwati dengan kwalitas sangat rendah, kemudian menyeretnya menjadi budak-budak dunia.
Alloh Ta’ala berfirman : “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pelindungnya ?” (QS. Al Furqan : 43 )
Hamparan selimut dunia yang dibentangkan oleh syetan dan nafsu ini sebenarnya juga punya tujuan lain, yaitu memalingkan “wajah” manusia, khususnya hamba-hamba beriman, dari semula bertawajjuh (menghadap) kepada Alloh menjadi berpaling kepada kesemuan dunia, sehingga dunia berubah menjadi “tirai” penutup yang menghalang-halangi seorang mukmin untuk bisa menikmati keindahan Cahaya Alloh lewat pertemuan-pertemuan Ilahiyah melalui shalat, dzikir dan ibadah lainnya, yang aura keindahannya jauh lebih mempesonakan ketimbang keindahan (semu-pen) selimut dunia.
Saudaraku, ketika seorang mukmin berpaling dari Keindahan Cahaya Alloh, sumber hidayah dan ketenangan hakiki kepada keindahan semu selimut dunia yang hanya akan melahirkan kesesatan dan ketenangan semu, berarti ia telah merenggut dengan tangannya sendiri, hidayah dan ketenangan hakiki ini kemudian mencampakkannya ke dalam sampah kehidupan, untuk kemudian dia kenakan kesesatan dan ketenangan semu yang sarat kepalsuan dan tipu daya.
Saudaraku, tidak demikian halnya dengan seorang mukmin yang selalu dalam keadaan “terjaga” (yaqdhah), ia senantiasa berusaha “menyembunyikan” diri, menghindar dari terpaan kilau dunia yang setiap saat menyergap dirinya. Untuk itu, ia pun akan merajut “tirai” dalam corak yang berbeda, yang akan ia pakai untuk membiaskan pesona keindahan selimut dunia, sehingga tidak sampai memalingkannya dari pesona keindahan Cahaya Alloh yang telah memendar ke seluruh sum-sum sukmawinya.
Dia akan merajut “tirai” itu dengan menggunakan benang-benang zuhud dan jarum-jarum qana’ah yang kemudian dia percantik dengan pernik-pernik kesederhanaan.
Dengan zuhud ia akan “menyerahkan” kembali dunia yang telah diberikan kepadanya kepada Yang Memberinya, yaitu Alloh Sang Pemberi rizki. Kalaupun ia ingin memakai dunia yang ia miliki, maka ia akan memakainya hanya beberapa tetes saja, sebatas ia memerlukannya, itu pun tidak karena ingin memanjakan nafsunya, namun semata-mata karena memenuhi perintah-Nya. Baginya rizki dari Alloh bukanlah dari apa yang ia terima, akan tetapi dari apa yang bisa ia lakukan untuk memperbaiki hubungannya dengan Alloh dan dari apa yang bisa ia berikan untuk membahagiakan sesama.
Dengan qana’ah ia akan merasa cukup hanya dengan beberapa tetes dunia yang membasahi kerongkongan kehidupannya. Ia tidak ngoyo, tidak pula berambisius, karena “ambisi” dia adalah akhirat.
Dan dengan pernik kesederhanaan, ia akan hidup jauh dari gemerlap glamourisme, dan menghindar dari gaya hidup hedonistik, yang memanjakan hawa nafsu. Setiap kelebihan harta yang dimilikinya lebih suka ia “simpan” di kantong-kantong fakir miskin, yatim piatu, masjid, madrasah, pesantren, da’wah dan lain sebagainya.
Dengan demikian harta dan kedudukan dunia tidak membuatnya lalai dari Alloh, sehingga tak sejumputpun kebahagiaan hakiki (yang ia renda bersama-Nya) akan hilang tercuri.
Makna Zuhud.
Zuhud adalah berpalingnya keinginan terhadap sesuatu kepada sesuatu yang lain yang lebih baik. Atau berpindah dari satu keadaan yang tak bernilai menuju ke keadaan yang bernilai.
Yunus bin Maisarah berkata : “Zuhud terhadap dunia itu bukanlah mengharamkannya, bukan pula membuangnya. Tapi zuhud terhadap dunia berarti kamu yakin dan percaya kepada apa yang ada dalam Genggaman Alloh daripada apa yang ada dalam genggamanmu. Juga menyimpan keadaan dan sikap yang sama, baik ketika engkau mendapat musibah atau tidak, baik ketika ada orang yang memuji atau mencelamu.”
Abu Sulaiman berpesan zuhud itu ada tiga macam :
(Pertama) Hendaklah kamu lebih yakin dan percaya kepada apa yang ada di Tangan Alloh dari pada ada di tanganmu. Ini adalah buah dari keyakinan yang benar lagi kuat.
(Kedua) Hendaklah kamu lebih mengharapkan pahala atas musibah yang sedang menimpa ketimbang mengharap pahala atas anugerah kenikmatan yang ada pada dirimu.
(Ketiga) Hendaklah kamu memandang sama terhadap orang yang memujimu dan mencelamu.
Ali Radhiyallohu ‘anhu berkata : “Barang siapa zuhud terhadap dunia maka akan terasa ringanlah segala musibah yang menimpa.”
Sebagian ulama salaf bertutur : “Kalaulah bukan karena musibah dunia yang menimpa, pastilah kita memasuki akhirat dalam keadaan pailit.”
Fudlail bin ‘Iyadh berkata : “Pondasi zuhud adalah ridla terhadap segala yang datang dari Alloh dan qana’ah terhadap pemberian-Nya.
Abu Hazim pernah ditanya : “Apa saja harta milik Anda ?” Beliau menjawab: “Hartaku ada dua, yang dengan keduanya aku tidak pernah takut menjadi fakir selama saya memilikinya, yaitu tsiqqah (yakin dan percaya) kepada Alloh dan tidak mengharapkan apa yang dimiliki oleh sesama manusia.”
Tingkatan Zuhud
Pertama, orang yang zuhud terhadap dunia tetapi ia masih menginginkannya, tapi ia berusaha keras, bermujahadah, menahan diri terhadap keinginan duniawi.
Kedua, orang yang zuhud terhadap dunia sebagai bukti ketaatannya kepada Alloh. Ia melihat dunia itu sebagai sesuatu yang suram bila dibanding dengan apa yang ada di Sisi Alloh yang ingin diraihnya.
Ketiga, orang yang zuhud terhadap dunia karena ingin mendapatkan kemuliaan di Sisi-Nya, dan ia zuhud dalam kezuhudannya tersebut. Dia seperti orang yang membuang sampah sambil mengambil mutiara, atau seperti orang yang ingin memasuki istana raja tetapi dihadang oleh seekor anjing di depan pintu gerbang. Lalu ia melemparkan sepotong roti untuk menyibukkannya. Akhirnya ia pun bisa masuk menemui sang raja.
Begitulah, syetan adalah anjing yang menggonggong di depan pintu gerbang menuju Alloh, menghalangi setiap manusia untuk memasukinya, padahal pintu itu terbuka, hijabnya pun tersingkap.
Dunia ini ibarat sepotong roti. Siapa yang ingin menggapai kemuliaan Alloh, Sang Maha Raja, maka bagaimana mungkin masih memperhitungkannya, apalagi mendekapnya? Ia pasti akan segera “melemparkan” roti tersebut, agar ia bisa sampai ke Hadirat-Nya, menggapai maqam terpuji (maqamam mahmuda).
Ya Alloh, cukupilah hidupku dengan rizkiMu yang halal, jauhkan diriku dari sesuatu yang Engkau haramkan, curahkan anugrahmu kepadaku, jauhkan aku dari meminta sesuatu kepada selain Engkau.
Ya Alloh, jauhkan kami dari fitnah dunia. Jangan Kau biarkan dunia bersemayam di lubuk hati kami. Jangan Kau biarkan dunia menipu dan memperdaya kami yang membuat kami berpaling dan melupakan-Mu.
Ya Alloh, titipkan kepada kami dunia yang membuat kami menjadi semakin zuhud, qana’ah dan sederhana, semakin dekat dengan-Mu dan semakin bermanfaat buat sesama

Sumber : http://www.darushshalihat.org

Senin, 15 April 2013

Agar Istiqomah

رَبَّÙ†َا لاَ تُزِغْ Ù‚ُÙ„ُوبَÙ†َا بَعْدَ Ø¥ِØ°ْ Ù‡َدَÙŠْتَÙ†َا ÙˆَÙ‡َبْ Ù„َÙ†َا Ù…ِÙ† Ù„َّدُنكَ رَØ­ْÙ…َØ©ً Ø¥ِÙ†َّÙƒَ Ø£َنتَ الْÙˆَÙ‡َّابُ 

ROBBANA LAA TUZIGH QULUUBANAA BA'DA IDZ HADAITANAA WAHAB LANAA MILLADUNGKA ROHMAH, INNAKA ANTAL WAHHAAB
Ya Tuhanku, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; kerena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Karunia [Q.S. Ali Imran : 8]
Tak sedikit dari kita yang berupaya mencari ruqsoh (keringanan) terhadap sunnah Rosulullah Sholallahu'alaihi wa sallam seperti memelihara/memanjangkan jenggot bagi tiap lelaki/pria muslim, memakai celana di atas mata kaki, atau tidak menggambar makhluk hidup. Namun banyak godaan dan ujian yang harus dilewati. Seperti hanya karena merasa risih terhadap lingkungan/teman, dilarang orang tua, dan lain sebagainya.  
Kutipan Qur'an Surah Ali Imran Ayat 8 di atas, dapat kita gunakan sebagai do'a agar diberikan keteguhan hati oleh Allah untuk tetap dapat istiqomah menjalankan beragam perintah Allah menurut tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah

Sabtu, 06 April 2013

HUT ATHIRAH yang ke 29 Bertabur Lomba

Lomba Tahfidz Kategori TK

Memasuki hari ke 4 Rangkaian Acara HUT Athirah yang ke 29 kembali dimeriahkan dengan Lomba Tahfidz Al-Qur'an mulai dari tingkat TK-SMA yang dilangsungkan di Sekolah Islam Athirah Pusat Jl. Kajaolaliddo 4/4/2013

Lomba ini sekaligus ajang uji kemampuan siswa/wi dari pelaksanaan program Tahfidz/Menghafal Al-Quran yang menjadi salah satu program unggulan Sekolah Islam Athirah, yang saat ini telah berjalan selama 3 bulan, hal yang sangat menarik adalah ternyata animo generasi muda Islam untuk kembali menghafal dan memahami Al-Quran semakin membaik, hal ini terlihat dari banyaknya peserta lomba dari tingkat SMA, ditengah arus moderenisasi, dan pengaruh barat di usia SMA merupakan moment yang rentan, namun hal yang demikian itu seakan tak berpengaruh pada siswa/wi SMA Islam Athirah, mereka bangga menjadi siswa/wi yang intelek namun berkarakter Al-Qur'an

Dalam HUT kali ini Panitia mengusung tema "Membangun Komunikasi Efektif Menuju Perubahan Radikal" ini merupakan bentuk refleksi bahwa keberadaan Sekolah Islam Athirah hari ini memiliki posisi dan nilai tawar yang tinggi sebagai lembaga pendidikan dalam mencerahkan Anak bangsa. Ini juga dibuktikan dengan pembangunan. Menara Athirah yang akan menjadi simbol kekokohan dan eksistensi di usianya yang ke 29 Tahun 

Penyelenggaraan Lomba dalam menyambut Milad Sekolah Islam Athirah kali ini melibatkan semua unsur baik dari pihak manajemen,guru siswa dan karyawan, agar memupuk rasa kebersamaan dan nilai-nilai kekeluargaan 

Diantara lomba-lomba yang dipertandingkan adalah :
Tahfidz/hafalan Al-quran, futsall, tarik tambang, jalan santai serta sepeda santai

Acara milad kali ini akan ditutup dengan anjangsana kepantai Asuhan, Donor darah, Dzikir dan Tadabbur Al-Qu'ran serta Malam puncak Inaugurasi

Selasa, 02 April 2013

Inspirasi dari Nabi Nuh



Islamedia - Mereka mengejeknya. Mereka bilang itu pekerjaan yang sia-sia belaka. Mereka bilang tak ada hajat sama sekali untuk membuat perahu. Lantas mengapa? Mengapa Nuh membuatnya? Tapi Nuh toh tak bergeming. Ia tetap saja melanjutkan pekerjaannya. Ia bekerja dengan keyakinan penuh.

Mereka yang pandangan matanya pendek, selalu hanya melihat hujan yang turun di depan mata mereka. Mereka takkan sanggup melihat awan. Apalagi melihat awan menyerap air dari bumi. Mereka juga tidak bisa melihat bagaimana hujan mengubah wajah bumi kita. Mereka yang pandangan matanya pendek, selalu memfokuskan tatapannya pada hilir dari sebuah sungai. Mereka tidak pernah bisa melihat hulu dari mana sungai itu mengalir. Apalagi menemukan mata air yang menyemburkan air itu.

Sebagian dari kuasa pengetahuan itu terletak pada fakta bahwa ia membuka mata kita untuk melihat lebih jauh dari apa yang dapat dilihat orang lain, melihat horizon yang lebih luas dari apa yang mungkin dilihat orang lain, dan karenanya membantu tangan kita menjangkau lebih banyak dari apa yang dijangkau tangan orang lain. Pengetahuan membuka mata kita untuk melihat fakta-fakta secara lebih apa adanya, menyeluruh dan jelas, terang, dan karenanya membantu kita merekonstruksi realitas dalam kerangka ruang dan waktu, serta menentukan sikap dan tindakan terhadap realitas tersebut.

Pengetahuan yang diperoleh Nuh dari sumber wahyu tentang akan datangnya sebuah banjir besar mengharuskan beliau menyiapkan perahu. Beliau tahu apa yang akan terjadi, maka ia tahu apa yang harus dilakukan. Itu sebabnya beliau bekerja dengan keyakinan penuh, menanggapi semua ejekan dengan tenang, santai dan dingin. Beliau melihat lebih jauh dari kaumnya. Beliau lebih antisipatif dari kaumnya. Karenanya beliau bisa menjangkau lebih dari mereka.

Pengetahuan membuat ruang masa depan, dengan segenap peristiwa-peristiwanya, tergambar jelas dalam benak Nuh. Bahwa ada ancaman yang akan membinasakan mereka. Dan itu pasti, karena sumbernya dari langit. Maka perahu itu adalah tindakan antisipasinya. Itulah sebagian dari kuasa pengetahuan itu: ia membantu kita bereaksi secara tepat, bersikap secara teratur dan bertindak lebih cepat.

Mereka yang memiliki pengetahuan, biasanya memiliki speed of life yang lebih cepat. Speed itulah yang sering tidak dapat dipahami orang ramai. Maka mereka bereaksi secara negative: mengejek atau menuduh, bukan bertanya dan mencari tahu.

Sumer: Islammedia/ Anis Matta

Galau? Inilah Obatnya Ala 'Aid Alqarni



REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anda gelisah, galau, gundah gulana atas permasalahan yang membuat hati tidak tenang? Dr A’id AlQarni dalam karangan fenomenalnya La Tahzan mengupas salah satu penyakit hati tersebut.

Bagi Alqarni, tiada suatu amal pun yang lebih melapangkan dada dan lebih membesarkan pahala, selain berdzikir mengingat Allah.

Berdzikirlah kalian kepada-Ku. niscaya Aku akan mengingat kalian.” (QS. Albaqarah: 132),'' jelas Alqarni mengutip sebuah ayat Alquran.

Dzikirullah adalah surga Allah yang ada di bumi-Nya. Barang siapa yang tidak memasukinya, niscaya dia tidak akan memasuki surga-Nya di akhirat nanti.

Dzikrullah adalah penyelamat jiwa dari kepayahan, kelelahan, dan keguncangannya. Bahkan, ia merupakan jalan yang mudah dan singkat untuk meraih setiap keberuntungan dan keberhasilan.

Bacalah dengan tekun lembaran-lembaran wahyu agar dapat merasakan keuntungan berdzikir. Cobalah pengobatannya selama beberapa waktu agar dapat memperoleh kesembuhan.

Dengan berdzikir kepada Allah, akan terenyahkan berbagai awan ketakutan, kepanikan, kesusahan, dan kesedihan. Dengan berdzikir, akan lenyaplah segunung kesusahan, duka cita, dan kemurungan.

Tidaklah mengherankan bila ahli dzikir hatinya tenang dan tenteram, karena dzikir memang sumber utama dari ketenangan dan ketenteraman.

Akan tetapi, hal yang sangat mengherankan adalah bagaimana orang-orang yang lalai dari dzikir dapat menjalani hidupnya dengan tenang.

Firman Allah SWT, “Mereka benda mati tidak hidup, dan mereka tidak mengetahui kapan diri mereka akan dibangkitkan. ” (QS. 16:21).

Wahai orang yang mengeluh karena tidak bisa tidur, menangis karena pedih, dan mengeluh karena didera bermacam-macam musibah dan tertimpa oleh berbagai macam bencana, serulah dengan memanggil nama-Nya yang suci.

Firman Allah SWT, “Apakah kamu mengetahui ada sesuatu yang setara dengan Dia?"(QS. 19:65).

Dengan  banyak berdzikir kepada Allah SWT, akan terasa lapanglah pikiran. Demikian juga hati akan terasa tenang, jiwa akan terasa bahagia, perasaan akan terasa senang.

Hal itu disebabkan dzikir kepada Allah mengandung pengertian tawakkal kepada-Nya, percaya kepada-Nya, berpegang kepada-Nya, kembali kepada-Nya, berbaik sangka kepada-Nya, dan menanti kemudahan dari-Nya.

Allah Maha dekat apabila diseru. Dia Maha Mendengar apabila dipanggil, Maha Memperkenankan apabila diminta. Oleh sebab itu, rendahkan diri serta tunduk dan patuhlah di hadapan-Nya.

Sebutlah nama-Nya yang baik lagi mengandung barakah oleh lisan Anda dengan mengesakan, memuji, menyanjung, berdo'a, meminta, dan memohon ampun kepada-Nya. Niscaya akan ditemukan kebahagiaan, keamanan, kesenangan, cahaya, dan kegembiraan berkat pertolongan dan kekuatan-Nya.

Maka Allah memberikan kepada mereka pahala dunia dan pahala terbaik di akhirat.”(QS. 3:148).

Sumber : Republika.co.id /
Buku La Tahzan oleh Dr A’id Alqarni

Senin, 01 April 2013

MILAD Ke 29 Sekolah Islam Athirah


Selamat Atas MILAD Sekolah Islam ATHIRAH yang Ke 29 Tahun,
Makin Jaya dan Sukses dalam  Mencerdaskan Generasi Muda Islam

Anggun-Unggul-Cerdas